Keterangan: Para peserta Kongres Pemuda Kedua berfoto bersama di salah satu sudut halaman depan gedung Indonesische Clubgebouw Kramat 106 pada 28 Oktober 1928 (dok. Museum Sumpah Pemuda)
Hari ini tanggal 21 April kita memperingati Hari Kartini. Hari yang didedikasikan untuk Kartini, seorang pejuang emansipasi wanita. Apabila kita menengok ke belakang, maka bisa kita lihat bagaimana langkah beliau mendobrak tradisi untuk memperjuangkan kaum wanita supaya mendapatkan hak yang sama dengan laki – laki. Bagaimana beliau menjadi pelopor ketika para wanita pada masa beliau tidak memiliki keinginan untuk berjuang demi rakyat dan kaumnya meskipun mereka berpendidikan. Itulah yang menjadikan Kartini mulai memikirkan kemungkinan – kemungkinan untuk membuka jalan untuk kemajuan wanita dan dengan jelas beliau menyadari bahwa pengetahuan lah yang diperlukan supaya kaum wanita dapat berdiri sendiri dan merebut kedudukan yang lebih terhormat. Pengetahuan ini bisa diakses melalui pendidikan. Pada akhirnya pendidikan yang dimiliki Kartini menjadikan kecintaan pada rakyatnya, pada tanah airnya, membawa Kartini pada kesadaran berbangsa. (Soeroto, 1982)
Pentingnya pendidikan bagi kaum wanita ini memiliki arti yang penting untuk wanita melaksanakan perannya yang sangat fundamental yaitu sebagai orang pertama yang meletakkan dasar pemikiran pada anak – anaknya, yang selanjutnya akan membentuk karakter generasi mendatang. Kesadaran akan arti penting ini terlihat pada Kongres Pemuda Indonesia II di mana pada rapat hari pertama tanggal 27 Oktober 1928, seorang pembicara yang bernama Siti Sundari mengemukakan pendapatnya bahwa menanamkan perasaan cinta tanah air, terutama di kalangan wanita, haruslah dididik sejak dari kecil. Dengan dididiknya kaum wanita, mereka akan mempunyai kemauan, hingga mereka dapat turut secara aktif dan kemudian menyokong pergerakan untuk kemuliaan negeri kita ini. (Safwan, 1993)
Sekarang kita sudah berada di era yang jauh melampaui zaman Kartini maupun Siti Sundari. Namun rasanya masih relevan jika kita menghubungkan dengan kondisi zaman sekarang di saat rasanya rasa cinta tanah air sudah mulai menipis tergerus derasnya arus perkembangan kebudayaan dan teknologi. Pada Hari Kartini ini mari kita refleksikan diri kita untuk menjawab pertanyaan : Sudahkah kita cinta tanah air kita ? Dan sudahkah kita mendidik generasi muda kita untuk cinta tanah air ?
Referensi :
Soeroto, Siti Soemandari. (1982). KARTINI Sebuah Biografi. PT Gunung Agung. Jakarta. h 73, 108
Safwan, Mardanas. (1993). Peranan Gedung Kramat Raya 106 dalam Melahirkan Sumpah Pemuda. Museum Sumpah Pemuda. Jakarta. h 44
Penulis: Setyo Wahyuni
Editor: Eko Septian Saputra